بسم الله الرحمن الرحيم

Sampaikanlah dari ku walaupun hanya satu ayat.”

(HR. Ahmad, Bukhari, Tarmidzi.)

Minggu, 29 Mei 2011

Berlindungnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dari Lima Perkara

Saudara/i yang dimuliakan Allah..
Sesungguhnya Rasul kita yang mulia Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam adalah merupakan uswah, teladan kita dalam kehidupan kita.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِير
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suatu tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah dan keselamatan dihari kiamat dan banyak mengingat Allah.” (Qs. Al-Ahzab : 21)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada umatnya perkara-perkara yang diperintahkan oleh Allah dan mempraktekkannya agar umatnya dapat mengamalkannya. Diantaranya adalah do’a setelah tasyahud akhir sebelum salam. Do’a itu senantiasa Rasulullah ajarkan kepada umatnya agar senantiasa dibaca setiap sebelum salam. Begitu pentingnya hal ini sehingga disunnahkan setiap kali shalat untuk berdo’a memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara, yaitu :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ  ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Bukhari-Muslim)

Dalam riwayat yang lain,
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ . اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur. Aku berlindung kepadaMu dari fitnah Almasih Dajjal. Aku berlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari perbuatan dosa dan hutang.” (HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan kepada umat beliau untuk memohon perlindung dari empat perkara ini disetiap kali kita sholat dan diulang-ulang setiap harinya. Hal ini menunjukkan betapa penting dan agungnya do’a ini.

Yang pertama, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari azab Jahannam.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
Jahannam, ia adalah merupakan tempat kembali seburuk-buruknya tempat kembali. Neraka Jahannam yang disebutkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam memiliki panas 70 kali lipat dari api dunia. Hal itu telah digambarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “(Panasnya) api yang kalian (Bani Adam) nyalakan di dunia ini merupakan sebagian dari tujuh puluh bagian panasnya api neraka Jahannam.” Para sahabat bertanya, “Demi Allah, api dunia itu sudah cukup wahai Rasulullah!” Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “sesungguhnya panasnya api neraka melebihi panas api dunia sebanyak enam puluh kali lipat.” (HR. Muslim no. 2843)

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam kemudian menyebutkan betapa seramnya azab neraka. Penduduknya dijadikan berbadan sebesar-besarnya sampai-sampai Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwasanya gigi penduduk neraka sebesar Gunung Uhud. Yang demikian itu agar penduduk neraka lebih merasakan azab.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Jarak antara kedua pundak orang kafir (di neraka) seperti jarak orang yang menaiki kendaraan dengan cepat selama tiga hari.‘ (HR. Bukhori : 5661, Muslim : 2582).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, “(Besar) gigi geraham orang kafir atau gigi taringnya (di neraka) seperti gunung uhud, dan tebal kulitnya sejarak perjalanan tiga hari.” (HR. Muslim : 2851).

Kulit mereka yang begitu tebal dibakar dengan api yang menyala-nyala hingga kulit itupun hangus. Dan apabila kulit itu hangus lalu Allah akan menggantinya dengan kulit yang lain.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَاراً كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُوداً غَيْرَهَا لِيَذُوقُواْ الْعَذَابَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَزِيزاً حَكِيماً
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan kedalam neraka. Setiap kulit tubuh mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan adzab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. An-Nisa : 56)
 Maka dari itu, sudah selayaknya kita berlindung kepada Allah dari  keburukan azab neraka jahanam.

Yang kedua, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari azab kubur.
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
Azab kubur merupakan kehidupan akhirat yang pertama kali. Azab kubur adalah penentuan bagi seorang hamba. Jika ia selamat di dalam kuburnya, maka ia akan lebih selamat lagi di hari akhirat kelak. Dan sebaliknya, apabila ia tidak selamat didalam kuburnya, lebih-lebih dia tidak akan selamat di dalam kehidupan akhirat kelak.

Pada saat Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu melihat kuburan ketika berziarah, beliaupun menangis. Lalu ditanya oleh sahabatnya,”Wahai Utsman, dituturkan surga neraka engkau tidak menangis, sekarang melihat kuburan engkau menangis!” Utsman menjawab, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata,
Kuburan adalah rintangan pertama kali akhirat, siapa yang sekarang berhasil di situ setelahnya lebih mudah, siapa yang celaka di situ, maka setelahnya akan lebih susah. Tidaklah aku melihat suatu pandangan yang lebih mengerikan dibandingkan kuburan” (HR. Ahmad-Tirmidzi)

Maka sudah sepatutnya kita berlindung dari adzab kubur. Dan sudah sepatutnya pula kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sambil kita menjauhi perkara-perkara yang dapat menyebabkan kita diazab didalam kubur. Tahukah engkau wahai saudariku, apa yang meyebabkan seorang hamba diazab didalam kuburnya? Ada dua sebab, sebab yang umum dan sebab yang khusus. Diantara sebab yang umum wahai saudariku, adalah setiap kemaksiatan kepada Allah. Itulah penyebab seorang hamba di azab di dalam kubur. Adapun sebab yang khusus wahai saudariku, maka yang ditunjukkan oleh dalil-dalil syariat. Disebutkan didalam hadits, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Jibril dan Mikail ‘alaihissalam sebagaimana disebutkan dalam hadits yang panjang,
فَأَخْبِرَانِي عَمَّا رَأَيْتُ. قَالَا: نَعَمْ، أَمَّا الَّذِي رَأَيْتَهُ يُشَقُّ شِدْقُهُ فَكَذَّابٌ يُحَدِّثُ بِالْكَذْبَةِ فَتُحْمَلُ عَنْهُ حَتَّى تَبْلُغَ الْآفَاقَ فَيُصْنَعُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ يُشْدَخُ رَأْسُهُ فَرَجُلٌ عَلَّمَهُ اللهُ الْقُرْآنَ فَنَامَ عَنْهُ بِاللَّيْلِ وَلَمْ يَعْمَلْ فِيهِ بِالنَّهَارِ يُفْعَلُ بِهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي الثَّقْبِ فَهُمُ الزُّنَاةُ، وَالَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهْرِ آكِلُوا الرِّبَا
Beritahukanlah kepadaku tentang apa yang aku lihat.” Keduanya menjawab,”Ya. Adapun orang yang engkau lihat dirobek mulutnya, dia adalah pendusta. Dia berbicara dengan kedustaan lalu kedustaan itu dinukil darinya sampai tersebar luas. Maka dia disiksa dengan siksaan tersebut hingga hari kiamat. Adapun orang yang engkau lihat dipecah kepalanya, dia adalah orang yang telah Allah ajari Al-Qur’an, namun dia tidur malam (dan tidak bangun untuk shalat malam). Pada siang hari pun dia tidak mengamalkannya. Maka dia disiksa dengan siksaan itu hingga hari kiamat. Adapun yang engkau lihat orang yang disiksa dalam tungku, mereka adalah pezina. Adapun orang yang engkau lihat di sungai darah, dia adalah orang yang makan harta dari hasil riba.” (HR. Al-Bukhari no. 1386 dari Jundub bin Samurah radhiyallahu ‘anhu)

Itulah sebagian adzab kubur yang diperlihatkan kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Maka dari itu wahai saudariku, mohonlah perlindungan kepada Allah dari siksa kubur, karena ia merupakan siksa pedih sebelum kita melanjutkan perjalanan menuju akhirat.

Yang ketiga, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam berlindung dari fitnah kehidupan dan sesudah kematian.
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Aku berlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati
Fitnah hidup berupa syubhat dan syahwat. Seorang hamba diuji oleh Allah dengan syubhat(kesesatan pemahaman) dan syahwatnya. Ujian berupa fitnah syubhat merupakan seberat beratnya ujian bagi seorang hamba karena hal itu bisa merusak agamanya. Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wasallam saja berlindung dari fitnah-fitnah tersebut duhai saudariku. Beliau berlindung kepada Allah agar tidak dijadikan musibah dalam agamanya. Beliau shalallahu ‘alaihi wasallam pun berdo’a,
وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا
(Wahai Allah) ,dan janganlah engkau jadikan musibah menimpa agama kami.” (HR. at-Tirmidzi)

Karena sessungguhnya ini adalah seburuk-buruk musibah. Seorang hamba yang berbuat maksiat, merupakan musibah dalam agamanya. Seorang hamba yang berbuat bid’ah, merupakan musibah dalam agamanya. Seorang hamba yang melanggar larangan-larangan Allah, ia pun merupakan musibah di dalam agamanya. Musibah yang menimpa seorang hamba dalam perkara dunia itu lebih ringan wahai saudariku. Seseorang diberi kefakiran, seseorang diberikan penyakit, seseorang diberikan kelaparan, barangkali itu tidak merubah agamanya. Akan tetapi, ketika seseorang diberi ujian syubhat dan syahwat lalu ia ikuti hal tersebut, ketahuilah hal ini bisa menghancurkan agamanya. Itulah musibah yang paling besar. Wal iyyadzubillah.

Yang keempat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari keburukan fitnah masihud Dajjal.
Dajjal, makhluk yang akan datang di akhir zaman yang diberikan oleh Allah sebagai fitnah yang besar kepada manusia. Sampai-sampai kata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, tidak ada seorang pun nabi, kecuali memperingatkan umatnya dari bahaya Dajjal.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma,
قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي النَّاسِ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ ثُمَّ ذَكَرَ الدَّجَّالَ فَقَالَ: إِنِّي أُنْذِرُكُمُوْهُ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ، لَقَدْ أَنْذَرَهُ نُوْحٌ قَوْمَهُ وَلَكِنْ سَأَقُوْلُ لَكُمْ فِيْهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِيٌّ لِقَوْمِهِ، تَعْلَمُوْنَ أَنَّهُ أَعْوَرُ وَأَنَّ اللهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdiri di hadapan manusia, menyanjung Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sanjungan yang merupakan hak-Nya, kemudian menyebut Dajjal dan berkata, ‘Aku memperingatkan kalian darinya, tidaklah ada seorang nabi kecuali pasti akan memperingatkan kaumnya tentang Dajjal. Nuh ‘alaihissalam telah memperingatkan kaumnya. Akan tetapi aku akan sampaikan kepada kalian satu ucapan yang belum disampaikan para nabi kepada kaumnya. Ketahuilah dia itu buta sebelah, adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah demikian.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim no. 2930)

Dajjal adalah fitnah yang sangat besar. Bagaimana tidak wahai saudariku, Dajjal mengaku sebagai rabb, memerintahkan hujan untuk turun, lalu turunlah hujan (dengan ijin Allah-ed), memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman, lalu tumbuh tanaman, menghidupkan orang mati dan yang lainnya sebagai fitnah bagi kaum muslimin (dengan ijin Allah-ed)

Maka dari itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan, bahwasanya yang menjadi pengikut dajjal adalah orang-orang yang bodoh terhadap agama mereka. Betapa tidak, orang-orang awam banyak yang tertipu dan terfitnah oleh para dukun. Orang-orang awam banyak yg terfitnah oleh kuburan-kuburan yang dianggap “kuburan wali”. Orang-orang awam banyak terfitnah dengan keris-keris pusaka dan yang lainnya. Apabila dengan dajjal kecil saja tertipu, bagaimana dengan Dajjal yang sangat besar fitnahnya.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang kisah seorang pemuda yang dibunuh oleh Dajjal. Dalam riwayat Imam Muslim (2938) dari hadits Abu Sai’id al-Khudri terdapat kisah menarik tentang pertarungan antara Dajjal dengan seorang mukmin, ringkasnya:

Ada seorang pemuda beriman datang kepada Dajjal seraya berkata padanya, “Wahai manusia, ini adalah Dajjal yang telah diceritakan Rasulullah dalam haditsnya!”
Dajjal berkata, ” Apakah kamu beriman padaku?”
Jawab pemuda itu, “Kamu adalah pendusta”.
Pemuda itu kemudian digergaji sehingga terbelah menjadi dua, lalu Dajjal melewati dua potongan badannya kemudian menyuruhnya berdiri.
Pemuda itupun berdiri lagi seraya berkata, “Saya malah bertambah mantap tentang dirimu bahwa engkau adalah Dajjal yang dikabarkan oleh Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam!”.
Setelah itu, Dajjal ingin membunuhnya tetapi tidak bisa”.
Bayangkan, si pemuda tersebut telah memiliki pengentahuan bahwasanya Dajjal akan datang. Ini menunjukkan bahwa orang yang memahami ilmu agama, insyaa Allaah dia akan diselamatkan dari fitnah Dajjal. Maka dari itu wahai saudariku, kita berkewajiban untuk berlindung dari fitnah dajjal. Ia adalah fitnah yang sangat besar.

Dan terakhir Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam berdo’a memohon perlindungan dari perbuatan dosa dan hutang.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Dosa dan hutang, terkadang seorang hamba menganggapnya kecil dan remeh, padahal itu akan dibayar dengan amalan di akhirat kelak. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwasanya orang yang mati syahid diampuni semua dosa-dosanya, kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pun memberikan pengecualian, yakni kecuali hutang. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُغْفَرُ لِلشَّهِيدِ كُلُّ ذَنْبٍ إِلاَّ الدَّيْنَ
“Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دِينَارٌ أَوْ دِرْهَمٌ قُضِىَ مِنْ حَسَنَاتِهِ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ
Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah no. 2414. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih. Ibnu Majah juga membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan Keras Mengenai Hutang.”)

Demikianlah keadaan orang yang mati dalam kondisi masih membawa hutang dan belum juga dilunasi, maka untuk membayarnya akan diambil pahala kebaikannya. Itulah yang terjadi ketika hari kiamat karena di sana tidak ada lagi dinar dan dirham untuk melunasi hutang. Kenapa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sering berlindung dari hutang ketika shalat?

Ibnul Qoyyim dalam Al Fawa’id (hal. 57, Darul Aqidah) mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta perlindungan kepada Allah dari berbuat dosa dan banyak hutang karena banyak dosa akan mendatangkan kerugian di akhirat, sedangkan banyak utang akan mendatangkan kerugian di dunia.” Inilah do’a yang seharusnya kita amalkan agar terlindung dari hutang:
ALLAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL MA’TSAMI WAL MAGHROM
(Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak utang).

Maka dari itu wahai saudariku, janganlah seorang hamba bermudah-mudah untuk berhutang. Dan jangan pula seorang hamba berbuat zhalim dengan tidak membayar hutang. Sesungguhnya hutang itu akan dibayar di akhirat, bukan dibayar dengan dinar, bukan dibayar dengan rupiah, bukan dibayar dengan dirham, akan tetapi akan dibayar dengan amalan kita. Padahal amalan kita adalah modal utama menuju surga.

Wa shollallahu ‘ala nabiyyiina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Penulis: Ummu Izzah Hilda
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar hafidzahullah
Maraji’:
  • Qur’anul karim
  • Rekaman kajian Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc Hafizhahullahu Ta’ala
  • http://abiubaidah.com/
  • http://rumaysho.com/
  • http://www.indoquran.com
  • Syarah ‘Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Imam Asy-Syafi’i, Jakarta.
  • Syarah Do’a dan Dzikir Hishnul Muslim, Dr, Sa’id bin Ali Wahf Al-Qahthani, Darul Falah, Jakarta.
  • Sudah Benarkah Aqidah Kita, Syaikh DR. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, Ash-Shahihah, Jakarta.
  • Surga Neraka dan Calon Penghuninya menurut al-Quran dan as-Sunnah, Syaikh ‘Ali Hasan bin ‘Ali al-Halabi al-Atsari, Imam Asy-Syafi’i, Jakarta.
sumber : http://muslimah.or.id

Enam Pertanyaan Imam Al Ghozali

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya….pertama, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”…Ada yang menjawab “kapas, angin, debu dan daun-daunan”. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “MENINGGALKAN SHOLAT”. Gara-gara pekerjaan kita meninggalkan sholat, gara-gara bermesyuarat kita meninggalkan sholat.
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua…. “Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid -muridnya menjawab “negara Cina, bulan, matahari dan bintang -bintang”. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawapan yang mereka berikan itu adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “MASA LALU”. Walau dengan apa cara sekalipun kita tidak dapat kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.
Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…. “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawah “gunung, bumi dan matahari”. Semua jawapan itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “NAFSU” (Al A’Raf 179). Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada yang menjawab “besi dan gajah”. Semua jawapan adalah benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah “MEMEGANG AMANAH” (Al Ahzab 72).Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak dapat memegang amanahnya.
Pertanyaan yang kelima adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”…Murid-muridnya menjawab dengan serentak, “pedang”. Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” Karena melalui lidah, Manusia selalunya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Dan pertanyaan keenam adalah, ”Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab “orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya”. Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sudah menjadi kepastian janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (QS. Ali Imran 185)

sumber : facebook.com (pencari ridho Allah - page)

Sabtu, 28 Mei 2011

Meraih Cinta Allah Subhanahu Wa Taala Dengan Al Quran, Abdul Aziz Musthafa

Sesungguhnya di antara sebab yg bisa mendatangkan kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah membaca al Qur`an dg khusyu' & berusaha memahaminya. Sehingga tdk mengherankan, apabila kedekatan dg al Qur`an merupakan perwujudan ibadah yg bisa mendatangkan cinta Allah. 

Para salafush-shalih, ketika membaca al Qur`an, mereka sangat menghayati makna ini. Sehingga ketika membaca al Qur`an, seolah-olah seperti seorang perantau yg sedang membaca sebuah surat dari kekasihnya. 

Al Hasan al Basri berkata,"Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian menganggap al Qur`an adalah surat-surat dari Rabb mereka. Pada malam hari, mereka selalu merenunginya, & akan berusaha mencarinya pd siang hari. "

Seandainya kita berpikir, sungguh ini merupakan keistimewaan yg luar biasa. Allah Yang Maha Besar, Maha Tinggi, Raja Diraja, mengkhususkan khitab (pembicaraan) & kalamNya utk manusia yg penuh dg kelemahan ini. Allah memberikan kepada mereka kemuliaan utk berbicara, berkomunikasi denganNya. 

Al Imam Ibnul Jauzi berkata,"Seseorang yg membaca al Qur`an, hendaknya melihat bagaimana Allah berlemah-lembut kepada makhlukNya dalam menyampaikan makna perkataanNya ke pemahaman mereka. Dan hendakya ia menyadari, apa yg ia baca bukan perkataan manusia. Hendaknya ia menyadari keagungan Dzat yg mengucapkannya, & hendaknya ia merenungi perkataanNya. "

Ibnu Shalah berkata,"Membaca al Qur`an merupakan sebuah kemuliaan yg Allah berikan kepada hambaNya. Dan terdapat dalam riwayat, bahwa para malaikat tdk mendapat kemuliaan ini, tetapi mereka sangat antusias utk mendengarkannya dari manusia. "

Kemuliaan ini akan lebih sempurna apabila disertai keikhlasan. Karena ikhlas -sebagaimana yg dikatakan oleh Imam Nawawi- merupakan kewajiban utama bagi pembaca al Qur`an. Dan seharusnya ia menyadari, bahwa dirinya sedang bermunajat kepada Allah. 

Perhatikanlah, wahai saudaraku!
Allah telah memberikan izin kepadamu utk bermunajat kepadaNya. Dengan demikian, berarti Allah telah memberikan rahasia cintaNya kepadamu. Dan al Qur`an, merupakan bukti kecintaanNya. Karena al Qur`an memberikan petunjuk tentang Allah & yg dicintaiNya. Maka, tentu cinta kepadaNya merupakan jalan hati & akal utk mengetahui sifat-sifat Allah & hal-hal yg dicintaiNya. Melalui al Qur`an, kita bisa mengetahui nama-namaNya, apa yg layak & yg tdk layak bagiNya, serta (mengetahui) secara rinci syari'at yg diperintahkan & yg dilarang Allah, & mengantarkan seseorang menuju cinta & ridhaNya. 

Oleh karena itu, ada di antara para sahabat berusaha utk mendapatkan kecintaan Allah dg membaca satu surat. Dia renungi & dia cintai; yaitu surat al Ikhlash, yg mengandung sifat-sifat Allah. Dia selalu membacanya dalam shalat yg ia lakukan. Ketika ditanya tentang hal itu, ia menjawab: "Karena ia merupakan sifat Allah, & aku sangat suka menjadikannya sebagai bacaan". Mendengar jawaban itu, Nabi bersabda:
أَخْبِرُوهُ أَنَّ الله يُحِبُّهُ
"Beritahukan kepadanya, bahwa Allah mencintainya".
Orang yg mencintai al Qur`an, mestinya cinta kepada Allah Azza wa Jalla, karena sifat-sifat Allah terdapat di dalam al Qur`an. Dan semestinya, ia juga cinta kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena beliaulah yg menyampaikan al Qur`an. 

'Abdullah bin Mas'ud berkata,"Barangsiapa yg mencintai al Qur`an, maka ia akan cinta kepada Allah & RasulNya. "

Bukti terbesar cinta kepada al Qur`an, yaitu seseorang berusaha utk mehamami, merenungi & memikirkan makna-maknanya. Sebaliknya, bukti kelemahan cinta kepada al Qur`an / tdk cinta sama sekali, yaitu berpaling tdk merenungi maknanya. Allah Azza wa Jalla mencela orang munafik, karena tdk merenungi al Qur`an dg firmanNya:
"Maka apakah mereka tdk memperhatikan al Qur`an? Sekiranya al Qur`an itu bukan dari sisi Allah, tentu mereka sudah mendapatkan pertentangan yg banyak di dalamnya". (an Nisaa`/4: 82) . 

Mentadabburi al Qur`an dapat mengobati berbagai macam penyakit hati, membersihkannya dari kotoran, serta dapat memberikan jawaban & bantahan terhadap syubhat yg dibawakan setan, manusia, & jin. Berbeda dg orang munafik, karena enggan merenungi al Qur`an & tdk mencari petunjuk darinya, maka hati mereka sakit, penuh penyakit syubhat & syahwat, sebagaimana firman Allah:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu; & bagi mereka siksa yg pedih disebabkan mereka berdusta". (al Baqarah/2: 10).
Jadi, ketika Allah Azza wa Jalla mengajak manusia utk mentadabburi al Qur`an, pd hakikatnya Allah Azza wa Jalla mengajak utk mengobati hati mereka dari berbagai macam penyakit yg membahayakan. 

Tadabbur al Qur`an, juga merupakan cara utk mengetahui kewajiban-kewajiban agama yg telah dibebankan Allah kepada para hamba. Imam al Qurthubi berkata,"Ayat ini -an Nisaa`/4 ayat 82- & juga firmanNya
"(Maka apakah mereka tdk memperhatikan al Qur`an ataukah hati mereka terkunci-QS Muhammad/47 ayat 24)" menunjukkan wajibnya mentadaburi al Qur`an supaya dapat mengetahui maknanya. 

Juga, kemuliaan lain yg dimiliki oleh orang yg mentadaburi al Qur`an yaitu, kebaikan yg dijanjikan oleh Rasululah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yg diriwayatkan dari jalan sahabat 'Utsman bin 'Affan Radhiyallahu 'anhu, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik kalian adalah orang yg mempelajari al Qur`an & mengajarkanya".
Seseorang yg membaca al Qur`an, hendaknya berusaha utk memahami setiap ayat yg ia baca. Karena dg merenungi & memahaminya, serta mengulanginya, seseorang akan bisa merasakan nikmatnya al Qur`an. 

Bisyr bin as Sura berkata,"Sesungguhnya ayat al Qur`an ibarat buah kurma. Setiap kali engkau kunyah, maka engkau akan merasakan manisnya," kemudian perkataan ini diceritakan kepada Abu Sulaiman, & dia berkata,"Benar! Maksudnya, apabila salah seorang mulai membaca satu ayat, maka ia ingin segera utk membaca yg berikutnya. "
Al Qur`an akan mengangkat derajat seseorang di sisi Allah. Orang yg menjaganya, berarti ia telah membawa panji agama Islam, sebagaimana dikatakan oleh al Fudhail bin Iyad: "Hamilul Qur`an adalah pembawa panji Islam. Tidak layak baginya utk lalai bersama orang yg lalai, lupa bersama orang yg lupa, sebagai wujud mengagungkan Allah". 

Orang yg menjunjung tinggi al Qur`an, maka dialah yg berhak mendapatkan kemuliaan membawa panji Islam. Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Sesungguhnya telah kami turunkan kepada kalian sebuah kitab yg di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kalian tdk memahaminya" (al Anbiyaa`/21: 10).
Dalam menafsirkan kata دكركم , 'Abdullah bin 'Abbas berkata,"Maksudnya, di dalamnya terdapat kemuliaan kalian. "
Allah juga berfirman:
"(Dan sesungguhnya al Qur`an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu & bagi kaummu & kelak kalian akan diminta pertanggungan jawab". -az Zukhruf/43 ayat 44- maksudnya adalah, (al Qur`an) merupakan kemuliaan bagimu & bagi mereka, apabila mereka menegakkan hak-haknya. 

Rasulullah juga memberitahukan tentang ketinggian derajat Ahlul Qur`an. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ الهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ
"Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat beberapa kaum dg kitab (al Qur`an) ini & menghinakan yg lain".
Oleh karena itu, merupakan keharusan bagi orang yg membaca al Qur`an utk tdk seperti orang kebanyakan. 'Abdullah bin Mas'ud berkata,"Hamilul Qur`an itu mestinya dikenal dg malamnya saat manusia lain sedang tidur. Dikenal siangnya dg berpuasa, saat manusia tdk puasa. Dikenal dg kesedihannya ketika manusia senang, dg tangisnya ketika manusia tertawa, dg diamnya ketika manusia berbicara, & dg khusyu'nya ketika manusia dalam keadaan sombong. " Demikian ini merupakan sifat mulia yg harus dimiliki oleh Hamilul Qur`an. 

Begitu pula orang yg mencintai al Qur`an, hendaknya tdk membanggakan diri, tertipu & sombong kepada orang lain dg kemuliaan yg Allah limpahkan kepadanya. Allah berfirman:
"Katakanlah: "Sesungguhnya karunia itu di tangan Allah, Allah memberikan karuniaNya kepada siapa yg dikehendakiNya; & Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui". (Ali Imran/3:73). 

Ibnul Jauzi berkata,"Seseorang hendaknya tdk membanggakan kemampuan & kekuatan dirinya. Hendaknya tdk memandang dirinya dg perasaan puas & menganggap dirinya bersih. Orang yg memandang dirinya penuh kekurangan, akan mengantarkannya semakin dekat denganNya. "

Merasa kurang, bukan berarti kemudian tdk menyadari nikmat Allah / tdk boleh menceritakan nikmat itu, karena sebagai wujud rasa syukur.
Hamilul Qur`an (penghapal) berada dalam kenikmatan yg tiada bandingannya, jika dia mengamalkannya. 'Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu berkata,"Wahai Qurra` (para pembaca al Qur`an), angkatlah kepala-kepala kalian. Sungguh, jalan telah dijelaskan buat kalian, maka berlomba-lombalah dalam kebaikan, & janganlah kalian menjadi beban bagi manusia. "

Az Zarkasyi berkata,"Ketahuilah, seseorang yg Allah ajarkan padanya al Qur`an, baik seluruhnya / sebagian, hendaknya menyadari kedudukan nikmat ini. yaitu, al Qur`an merupakan mukjizat terbesar, karena ia senantiasa eksis dg keberadaan dakwah Islam. Dan juga, karena Rasulullah merupakan penutup para nabi & rasul. Jadi, hujjah al Qur`an akan senantiasa ada di setiap zaman & waktu, karena al Qur`an merupakan kalamullah & kitabNya yg paling mulia. Maka, orang yg dianugerahi al Qur`an hendaknya memandang, bahwa Allah Azza wa Jalla telah memberikan nikmat yg agung kepadanya. Hendaknya dia menyadari dg perbuatannya, bahwa al Qur`an akan membelanya, & bukan justru menuntutnya. 

Sebagaimana juga, ia harus memanfaatkan dg sebaik-baiknya kenikmatan yg telah diberikan Allah kepadanya, mengumpulkan dalam dirinya yg dapat menyebabkan hati menjadi hidup. Mungkin ada yg bertanya, bagaimanakah cara memaksimalkan dalam mengambil pelajaran dari al Qur`an?
Ibnul Qayyim menjelaskan dalam kitabnya, al Fawaid, beliau rahimahullah menyatakan:
“Apabila engkau hendak mengambil pelajaran dari al Qur`an, maka konsentrasikanlah hatimu ketika membaca & mendengarnya, pasanglah telingamu. Jadikanlah dirimu seperti orang yg diajak bicara langsung oleh Dzat yg mengucapkannya, yaitu Allah Subhanahu w Ta'ala, karena al Qur`an merupakan khitab (pembicaraan) yg ditujukan Allah kepadamu melalui lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"(Sesungguhnya pd yg demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yg mempunyai hati / yg menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. -Qaaf/50 ayat 37-)". Karena pengaruh al Qur`an sepenuhnya tergantung dari yg memberi pengaruh, tempat yg bisa menerima pengaruh, terpenuhi syarat-syaratnya, & tdk ada yg menghalangi. Maka ayat di atas menjelaskan tentang semua itu dg ungkapan yg ringkas namun jelas, & mewakili maksudnya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
أن فى ذللك لذ كرى
"(Sesungguhnya pd yg demikian itu benar-benar terdapat peringatan)", (ini merupakan) isyarat kepada ayat-ayat yg telah lewat dari awal surat sampai ayat ini. Inilah muatstsir (yang memberikan pengaruh). 

Dan firmanNya:
لمن كان له قلب
"(bagi orang-orang yg mempunyai hati)" adalah, tempat yg bisa menerima pengaruh tersebut. Yaitu hati yg hidup yg mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala , sebagaiamana Allah Azza wa Jalla berfirman:
(Al Qur`an itu tdk lain hanyalah pelajaran & kitab yg memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yg hidup (hatinya) –Yasin/36 ayat 69, 70-), yaitu yg hatinya hidup.
Sedangkan firman Allah:
أو ألقى السمع
"(atau yg menggunakan pendengarannya)", maknanya, orang yg mengarahkan pendengaran & memusatkan indera pendengarannya kepada ucapan yg diarahkan kepadanya. Ini merupakan syarat bisa terpengaruh dg ucapan.
Adapun firmanNya:
وهو شهد
"(dan dia menyaksikannya)", maknanya, hatinya hadir, tdk lalai. Ibnu Qutaibah rahimahullah berkata,"yaitu, dia mendengarkan al Qur`an dg penuh perhatian, tdk dg hati yg lalai lagi lupa. Ini menunjukkan adanya penghalang dari mendapatkan pengaruh, yaitu kelalaian hati tdk merenungi, tdk memikirkan, serta tdk melihat apa yg dikatakan kepadanya. 

Apabila ada yg memberikan pengaruh -yaitu al Qur`an- (maka) ada tempat yg bisa menerima pengaruh –yaitu hati yg hidup- & syaratnya ada -yaitu mendengarkan- serta tdk ada penghalang -yaitu sibuknya hati dg yg lainya- maka pengaruh itu, pasti akan timbul. Itulah perwujudan dalam memanfaatkan al Qur`an & mengambil pelajaran darinya". 

Setelah itu, hendaknya ia bersiap-siap utk mengamalkanya. Karena ilmu mengajak pemiliknya agar mengamalkannya. Jika diamalkan, ilmu akan terjaga. Jika tidak, maka ilmu itu akan hilang. 

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma'ad berkata,"Sebagian salafush shalih mengatakan, sesungguhnya al Qur`an turun supaya diamalkan. Maka jadikanlah membaca al Qur`an sebagai wujud pengamalannya. Oleh karena itu, Ahlul Qur`an adalah orang yg memahami al Qur`an & mengamalkan yg terkandung di dalamnya, walaupun ia tdk menghafalkannya. Sedangkan orang yg menghafalnya namun tdk memahaminya, serta tdk mengamalkan kandungannya, maka dia bukan Ahlul Qur`an, meskipun dia mendudukkan huruf-hurufnya sebagaimana mendudukan busur panahnya (artinya, sangat perhatian terhadap huruf-hurufnya, Red). 

Oleh karena itu apabila seseorang ingin mendapatkan kecintaan dari Allah, maka hendaklah ia memiliki perhatian yg besar kepada al Qur`an, berusaha membacanya, merenugi & mengamalkanya. Jika kita sudah bertekad utk mengambil pelajaran darinya, maka hendaklah kita mengamalkan adab-adab berikut. 

ADAB-ADAB MEMBACA AL QUR`AN
Imam an Nawawi menyebutkan di dalam kitabnya, at Tibyan, (tentang) beberapa adab-adab & hukum saat membaca al Qur`an. Di antaranya adalah:
1. Ikhlas, hanya mengharap pahala dari Allah Azza wa Jalla & menyadari bahwasannya ia sedang berkomunikasi dg Allah.
2. Membersihkan mulutnya dg siwak / sejenisnya.
3. Bagi orang yg junub & haid, diharamkan membaca al Qur`an, baik semuanya / sebagiannya, kecuali apabila bacaan tersebut merupakan salah satu dzikir pagi & petang, / dzikir secara mutlak yg disunnahkan bagi seseorang utk membacanya.
4. Seseorang yg membaca al Qur`an, hendaklah membacanya di tempat yg bersih & lebih utama melakukannya di masjid. Karena di masjid, kebersihan & kemuliaan tempat menyatu.
5. Ketika membaca al Qur`an, hendaknya menghadap kiblat, kemudian duduk dg tenang. Dan boleh membaca al Qur`an dg duduk / dg merebahkan badan. Tetapi, cara yg pertama lebih utama.
6. Apabila memulai membaca al Qur`an, disunnahkan membaca ta'awudz disertai dg membaca Basmalah di setiap awal surat, kecuali surat Bara'ah (At Taubah). Demikian ini yg dikatakan jumhur ulama.
7. Konsentrasi saat membacanya.
8. Menghadirkan perasaan takut kepada Allah k saat membacanya.
9. Membacanya dg tartil. Dan para ulama telah sepakat tentang sunnahnya tartil, berdasarkan firman Allah:
"Dan bacalah al Qur`an itu dg tartil (perlahan-lahan)". (al Muzammil/73:4)
Dan karena membaca dg tartil lebih menghargai & lebih memberikan pengaruh dibandingkan membacanya dg cepat.
10. Disunnahkan meminta karunia dari Allah saat selesai membaca ayat-ayat tentang rahmat Allah Azza wa Jalla, memohon perlindungan dari siksa apabila selesai membaca ayat-ayat tentang adzab, & bertasbih kepada Allah apabila melewati ayat-ayat tentang pensucian Allah Azza wa Jalla .
11. Menjauhi hal-hal yg bisa mengurangi sikap hormat terhadap al Qur`an, seperti tertawa pd saat membacanya, melakukan perbuatan sia-sia, menjadikannya sebagai bahan perdebatan, / perbuatan lainya yg bisa mengurangi keagungan al Qur`an. Berdasarkan firman Allah:
"Dan apabila dibacakan al Qur`an, maka hendaklah kalian dengarkan baik-baik, & perhatikanlah dg tenang, semoga kalian mendapat rahmat". (al A'raf/7:204).
12. Tidak boleh membaca al Qur`an dg selain bahasa Arab, sekalipun bahasa Arabnya fasih, ataupun sama sekali tdk bisa, baik dalam shalat ataupun di luar shalat.
13. Tidak boleh membaca al Qur`an, kecuali dg qira’at as sab'ah (bacaan tujuh) yg mutawatir. Dan hendaknya tdk mencampur-adukkan bacaan yg tujuh tersebut selama dalam satu pembahasan.
14. Hendaknya membaca sesuai dg urutan yg ada dalam mushaf, baik saat shalat ataupun yg lainnya.
15. Membaca al Qur`an dg cara melihat mushaf lebih utama, dibanding membacanya dg cara menghafal, tentunya di luar shalat. Karena melihat kepada mushaf, merupakan ibadah yg diperintahkan, kecuali apabila orang yg membaca al Qur`an dg hafalannya merasa lebih khusyu’.
16. Disunnahkan membuat halaqah dalam membaca & mempelajari al Qur`an, berdasarkan sabda Rasulullah:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
"Tidaklah suatu kaum berkumpul pd salah satu rumah-rumah Allah, membaca al Qur`an & mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan. Mereka akan diselimuti rahmat, & Allah akan menyebut (menceritakan) mereka kepada para malaikat yg ada di sisiNya". (21)
17. Disunnahkan membaca dg mengeraskan suara, selama tdk khawatir riya' & tdk mengganggu orang lain. Karena mengeraskan suara bisa mengggugah hati, memusatkan hati, serta memusatkan pendengaran ke konsentrasi utk merenungi bacaan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِنَبِيٍّ حَسَنِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ يَجْهَرُ بِهِ. .
"Tidaklah Allah mengizinkan sesuatu kepada seorang nabi seperti izinnya utk memperbagus suara & mengeraskannya ketika membaca al Qur`an".
18. Ketika membaca al Qur`an, disunnahkan utk memperbagus suara, sebagaimana sabda Rasulullah:
زَيِّنُوا الْقُرْآنَ بِأَصْوَاتِكُمْ
"Hiasilah al Qur`an dg suaramu". (22)
19. Disunnahkan minta dibacakan al Qur`an dari orang yg bersuara bagus, sebagaimana diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta kepada 'Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu:
اقْرَأْ عَلَيَّ قَالَ قُلْتُ أَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنْزِلَ قَالَ إِنِّي أَشْتَهِي أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي قَالَ فَقَرَأْتُ النِّسَاءَ حَتَّى إِذَا بَلَغْتُ فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا قَالَ لِي كُفَّ أَوْ أَمْسِكْ فَرَأَيْتُ عَيْنَيْهِ تَذْرِفَانِ
"Bacakanlah Aku (al Qur`an)!" Dia mengatakan: Aku berkata,"Apakah aku membacakanmu al Qur`an, padahal ia diturunkan kepadamu?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,"Sesungguhnya aku senang mendengarnya dari orang lain. " Dia mengatakan: Aku berkata,"Lalu aku membaca surat an Nisaa`, saat sampai pd ayat
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Cukuplah!" Lalu aku melihat kedua mata beliau berlinang". (23)
20. Dimakruhkan membaca al Qur`an pd kondisi-kondisi tertentu, seperti ketika ruku`, sujud, & yg lainya ketika sedang shalat, kecuali saat berdiri. Dan bagi makmum, dimakruhkan membaca al Qur`an lebih dari surat al Fatihah apabila dia mendengar bacaan imam. Juga makruh membaca al Qur`an dalam keadaan mengantuk & ketika sedang mendengarkan khutbah.
21. Dilarang mengkhususkan membaca surat-surat tertentu pd saat-saat tertentu, kecuali jika ada dalil yg menjelaskannya, seperti mengkhususkan membaca surat-surat yg ada ayat sajdahnya pd waktu Subuh hari Jum'at selain surat Sajdah, / membaca surat al An'am pd raka'at terakhir shalat tarawih pd malam ketujuh dg diiringi keyakinan bahwa itu sunnah.
22. Apabila ada seseorang yg memberikan salam kepada orang yg sedang membaca al Qur`an, hendaklah ia hentikan bacaannya & menjawab salam tersebut. Apabila ia mendengar orang yg bersin mengucapkan alhamdulillah, maka hendaknya ia menjawabnya dg mengatakan yarhamukallah. Demikian pula apabila ia mendengar adzan, maka hendaknya ia hentikan & menjawab adzan yg dikumandangkan.
23. Disyari'atkan utk bersujud apabila melewati ayat-ayat sajdah

BAHAYA BERPALING DARI AL QUR'AN
Apabila membaca al Qur`an termasuk salah satu faktor yg akan mendatangkan kecintaan Allah kepada seorang hamba, maka sebaliknya, berpaling dari al Qur`an merupakan salah satu faktor yg akan mendatangkan murka Allah. Nabi n mengadukan kepada Allah k , orang yg meninggalkan & berpaling dari al Qur`an, sebagaimana difirmankan Allah:
"Rasul berkata: "Wahai, Rabb-ku. Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur`an ini sesuatu yg tdk diacuhkan". (al Furqan/25: 30). 

Ibnu katsir rahimahullah berkata,"Apabila mereka dibacakan al Qur`an, mereka banyak berbuat gaduh & sibuk dg perkataan yg lain, sehingga mereka tdk mendengarkan bacaan al Qur`an. Ini merupakan perbuatan berpaling dari al Qur`an. Tidak mengimani & tdk membenarkannya, juga termasuk hajrul Qur`an (berpaling dari al Qur`an). Tidak merenungi & berusaha memahaminya, termasuk hajrul Qur`an. Cenderung kepada yg lainya, seperti syair, nyanyian, perbuatan sia-sia, perkataan & jalan hidup yg tdk bersumber dari al Qur`an, juga termasuk berpaling dari al Qur`an. " (24)

Dari sini kita bisa memahami, berpaling dari al Qur`an itu bermacam-macam bentuknya. Oleh karena itu, seorang muslim hendaknya menjaga dirinya agar tdk terjerumus dalam salah satu perbuatan tersebut. 

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,"Hajrul Qur`an (berpaling dari al Qur`an) itu ada beberapa bentuk. Pertama: Berpaling tdk mau mendengarkannya, & tdk mengimaninya. Kedua: Tidak mengamalkannya, & tdk berhenti pd apa yg dihalalkan & apa yg diharamkannya, walaupun ia membaca & mengimaninya. Ketiga: Ttidak berhukum dengannya dalam masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) serta cabang-cabangnya. Keempat: Tidak merenungi & tdk memahami, serta tdk mencari tahu maksud yg diinginkan oleh Dzat yg mengatakannya. Kelima: Tidak mengobati semua penyakit hatinya dg al Qur`an, tetapi justru mencari obat dari selainnya. Semua perbuatan ini termasuk dalam firman Allah Azza wa Jalla:
"Rasul berkata: "Wahai, Rabb-ku. Sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur`an ini sesuatu yg tdk diacuhkan". (al Furqan/25: 30).
Ini semua merupakan perbuatan hajr terhadap al Qur`an. Ditambah lagi dg meng-hajr bacaan. Artinya, dia tdk mau membaca al Qur`an.
Fenomena seperti ini merebak di tengah masyarakat, seperti meletakkan al Qur`an pd tempat-tempat tertentu utk bertabarruk (mendapatkan barakahnya saja), meletakkan di salah satu pojok rumah, di bagian belakang / di depan kendaraan sampai tertutup debu. Ini menunjukkan telah menghajr al Qur`an (tidak mempedulikan & tdk pernah membacanya), sekaligus hal ini merupakan perlakukan yg buruk terhadap al Qur`an.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,"Barangsiapa yg memiliki mushaf, maka hendaklah membacanya setiap hari walaupun beberapa ayat, supaya mushaf itu tdk seperti ditinggalkan. ”

Demikian ini merupakan tingkatan seseorang yg meninggalkan al Qur`an serta beberapa keadaan mereka. Adapun keadaan seseorang yg selalu menyertai al Qur`an, maka ikatan hubungan mereka dg al Qur`an juga bermacam-macam, sesuai tingkat keseriusan yg diberikan Allah k kepada mereka.
Para salafush-shalih, selalu menghidupkan hari-hari mereka dg al Qur`an, sepanjang waktu siang maupun malam. Mereka selalu mempersiapkan hati ketika membaca al Qur`an, sehingga hati mereka selalu terasa hidup & jauh dari kelalaian. 

Semoga Allah menjadikan kita termasuk Hamilul Qur`an yg memiliki ikatan kokoh dengannya, & selalu menjadikan al Qur`an sebagai pedoman & penawar penyakit hati. 

Diringkas dari Syarhul Asbabul 'Asrah al Mujibah limahabatillah kama 'addaha ibnul qayyim,Abdul Aziz Musthafa, halaman 13-33 cet. Ke VIII, 1422H
(Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi (07-08)/Tahun X/1427/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016)

Penulis: Abdul Aziz Musthafa & diterbitkan oleh almanhaj. or. id
sumber :  http://www.akhlakislam.com

Musibah

Musibah itu dibagi menjadi tiga :
1. Yang menimpa orang2 beriman, ini disebut ujian. Disini Allah ingin menguji, sampai dimana tingkat keimanan masing2 individu yg diuji. Dan sebagai penebus dosa yg pernah dilakukan. Kalau lulus, naik tingkat. Kalau tidak lulus ya ngulang.
2. Yang menimpa orang2 STMJ alias solat terus maksiat jalan. Jika musibah menimpa golongan ini, disebut teguran/peringatan. Artinya Allah masih sayang dan peduli. Diibaratkan seperti seorang ibu yang menjewer telinga anak tersayangnya karena telah berbuat nakal. Agar sang anak mengambil pelajaran mengapa ia sampai dijewer dan tidak akan mengulanginya lagi.
3. Yang menimpa orang2 kafir. Ini disebut adzab.

Sumber : ustadzah mei hwa, mualaf chinese surabaya. (dg sedikit penambahan)

*************************
Ciri orang kafir tingkat tinggi tuh paling mudah dikenali. Kalau seorang muslim berkata A, dia sudah sampai Z untuk membantah. Hopeless lah pokoknya. Saya baru nemu dua orang yg begini. Mudah2an tidak ketemu yang lain lagi. Capek. Seperti ngobrol sama dinding. Mantol. Bukan, persisnya seperti membating bola basket. Mantol lebih hebring alias heboh dan nyaring.

Kalau soal adzab... Yaahh alhamdulillah nya, Allah punya sifat penyabar. Coba kalau Allah tidak sabaran, apa jadinya kehidupan ini? Adzab besar2an kiamat mungkin dipercepat, dan tidak ada kata taubat??? Haduh brabe deh!! Dan yang lebih alhamdulillah nya lagi kesabaran Allah itu tidak terbatas. Bukan seperti manusia yg dikit2 bilang: "kesabaran itu ada batasnya!" Atau "kesabaran gue udah abis!" Dalam hati saya, "yaelah bang tinggal dicas ulang kali, rempong amat idup lo." Thats the point of istigfar. Karena bagi orang yang mengaku beriman, hanya dengan mengingat Allah lah, hati menjadi tentram. Hehe gaya euy :p

Lagian marah kan termasuk salah satu alat propaganda setan untuk mengkafirkan manusia. Ciee elah bahasa gue,, (el ou el smiling face) <-- megamindsyndrome hahah.

Tahukah kamu tiap malam telingamu dikencingi setan? (Mungkin inilah sejarahnya kotoran kuping?? Wkwk bcandaaa haha) Kalau subuh2 inget ini rasanya pengen sujud tilawah trus biar setan nangis wkwk revenge untuk kebaikan ora popo to? Hahah ada gitu? Teuing.

Tampaknya sudah keluar dari topik nih. Jadi lebih baik saya sudahi dulu. Wassalamu'alaikum. Semoga bermanfaaaattt!! :)

Seputar Riba dan Judi

Riba :
Kata Ar-Riba adalah isim maqshur, berasal dari rabaa yarbuu, yaitu akhir kata ini ditulis dengan alif. Asal arti kata riba adalah ziyadah ‘tambahan’; adakalanya tambahan itu berasal dari dirinya sendiri, seperti firman Allah swt:

(ihtazzat wa rabat) “maka hiduplah bumi itu dan suburlah.” (QS Al-Hajj: 5).
Dan, adakalanya lagi tambahan itu berasal dari luar berupa imbalan, seperti satu dirham ditukar dengan dua dirham.

1. QS. Al-Baqarah [2] : ayat 275
[2:275] Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

  2. QS. Al-Baqarah [2] : ayat 179
[2:179] Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa.

  3. QS. Aali 'Imran (Ali 'Imran) [3] : ayat 130
[3:130] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

  4. QS. An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 161
[4:161] dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.

  5. QS. Ar-Ruum (Ar-Rum) [30] : ayat 39
[30:39] Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).

6. QS. Al-Baqarah [2] : ayat 278-279
[2:278-279] Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka permaklumkanlah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kami tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”

7. QS. Al-Baqarah [2] : ayat 276
[2:276] Allah memusnahkan riba dan menyuburkan shadaqah.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi saw bersabda, “Jauhilah tujuh hal yang membinasakan.” Para sahabat bertanya, “Apa itu, ya Rasulullah?” Jawab Beliau, “(Pertama) melakukan kemusyrikan kepada Allah, (kedua) sihir, (ketiga) membunuh jiwa yang telah haramkan kecuali dengan cara yang haq, (keempat) makan riba, (kelima) makan harta anak yatim, (keenam) melarikan diri pada hari pertemuan dua pasukan, dan (ketujuh) menuduh berzina perempuan baik-baik yang tidak tahu menahu tentang urusan ini dan beriman kepada Allah.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari V: 393 no: 2766, Muslim I: 92 no: 89, ‘Aunul Ma’bud VIII: 77 no: 2857 dan Nasa’i VI: 257).

Dari Jabir ra, ia berkata. “Rasulullah saw melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya dan penulisnya.” Dan Beliau bersabda, “Mereka semua sama.” (Shahih: Mukhtasar Muslim no: 955, Shahihul Jami’us Shaghir no: 5090 dan Muslim III: 1219 no: 1598).

Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw bersabda, “Riba itu mempunyai tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan (dosanya) seperti seorang anak menyetubuhi ibunya.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3539 dan Mustadrak Hakim II: 37).

Dari Abdullah bin Hanzhalah ra dari Nabi saw bersabda, “Satu Dirham yang riba dimakan seseorang padahal ia tahu, adalah lebih berat daripada tiga puluh enam pelacur.
(Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 3375 dan al-Fathur Rabbani XV: 69 no: 230).


Dari Ibnu Mas’ud ra dari Nabi saw, Beliau bersabda, “Tak seorang pun memperbanyak (harta kekayaannya) dari hasil riba, melainkan pasti akibat akhirnya ia jatuh miskin.” (Shahih: Shahihul Jami’us Shaghir no: 5518 dan Ibnu Majah II: 765 no: 2279).

Klasifikasi Riba
Riba ada dua macam yaitu riba nasiah dan riba fadhl.

Adapun yang dimaksud riba nasiah ialah tambahan yang sudah ditentukan di awal transaksi, yang diambil oleh si pemberi pinjaman dari orang yang menerima pinjaman sebagai imbalan dari pelunasan bertempo. Riba model ini diharamkan oleh Kitabullah, sunnah Rasul-Nya, dan ijma’ umat Islam.

Sedangkan yang dimaksud riba fadhl adalah tukar menukar barang yang sejenis dengan ada tambahan, misalnya tukar menukar uang dengan uang, menu makanan dengan makanan yang disertai dengan adanya tambahan.

Riba model kedua ini diharamkan juga oleh sunnah Nabi saw dan ijma’ kaum Muslimin, karena ia merupakan pintu menuju riba nasiah.

Islam bersikap sangat keras dalam persoalan riba semata-mata demi melindungi kemaslahatan manusia, baik dari segi akhlak, masyarakat maupun perekonomiannya. Kiranya cukup untuk mengetahui hikmahnya seperti apa yang dikemukakan oleh Imam ar-Razi dalam tafsir Qurannya sebagai berikut:

1. Riba adalah suatu perbuatan mengambil harta kawannya tanpa ganti. Sebab orang yang meminjamkan uang 1 dirham dengan 2 dirham, misalnya, maka dia dapat tambahan satu dirham tanpa imbalan ganti. Sedang harta orang lain itu merupakan standard hidup dan mempunyai kehormatan yang sangat besar, seperti apa yang disebut dalam hadis Nabi Muhammad SAW:

2. "Bahwa kehormatan harta manusia, sama dengan kehormatan darahnya."Oleh karena itu mengambil harta kawannya tanpa ganti, sudah pasti haramnya.

3. Bergantung kepada riba dapat menghalangi manusia dari kesibukan bekerja. Sebab kalau si pemilik uang yakin, bahwa dengan melalui riba dia akan beroleh tambahan uang, baik kontan ataupun berjangka, maka dia akan memudahkan persoalan mencari penghidupan, sehingga hampir-hampir dia tidak mau menanggung beratnya usaha, dagang dan pekerjaan-pekerjaan yang berat. Sedang hal semacam itu akan berakibat terputusnya bahan keperluan masyarakat. Satu hal yang tidak dapat disangkal lagi bahwa kemaslahatan dunia seratus persen ditentukan oleh jalannya perdagangan, pekerjaan, perusahaan dan pembangunan.(Tidak diragukan lagi, bahwa hikmah ini pasti dapat diterima, dipandang dari segi perekonomian).

4. Riba akan menyebabkan terputusnya sikap yang baik (ma'ruf) antara sesama manusia dalam bidang pinjam-meminjam. Sebab kalau riba itu diharamkan, maka seseorang akan merasa senang meminjamkan uang satu dirham dan kembalinya satu dirham juga. Tetapi kalau riba itu dihalalkan, maka sudah pasti kebutuhan orang akan menganggap berat dengan diambilnya uang satu dirham dengan diharuskannya mengembalikan dua dirham. Justru itu, maka terputuslah perasaan belas-kasih dan kebaikan. (Ini suatu alasan yang dapat diterima, dipandang dari segi etika).

5. Pada umumnya pemberi piutang adalah orang yang kaya, sedang peminjam adalah orang yang tidak mampu. Maka pendapat yang membolehkan riba, berarti memberikan jalan kepada orang kaya untuk mengambil harta orang miskin yang lemah sebagai tambahan. Sedang tidak layak berbuat demikian sebagai orang yang memperoleh rahmat Allah. (Ini ditinjau dari segi sosial).

Ini semua dapat diartikan, bahwa dalam riba terdapat unsur pemerasan terhadap orang yang lemah demi kepentingan orang kuat (exploitasion de l'home par l'hom) dengan suatu kesimpulan: yang kaya bertambah kaya, sedang yang miskin tetap miskin. Hal mana akan mengarah kepada membesarkan satu kelas masyarakat atas pembiayaan kelas lain, yang memungkinkan akan menimbulkan golongan sakit hati dan pendengki; dan akan berakibat berkobarnya api pertentangan di antara anggota masyarakat serta membawa kepada pemberontakan oleh golongan ekstrimis dan kaum subversi.

Muncul pertanyaan, lalu jika ingin menyimpan uang, dimana? Dan bagaimana?
Jawabannya, tergantung dari niat si penyimpan. Tujuan awal si penyimpan itu apa. Apakah hanya sekedar ingin mengamankan uangnya atau memang untuk melipatgandakan uangnya. Jika tujuannya adalah yang pertama, insya Allah diperbolehkan. Jika tujuannya adalah yang kedua, itu jelas haram.
Ayah saya pernah cerita, kenalannya menyimpan uang yang tidak sedikit di bank. Tetapi setiap penarikan uang, ia meminta pegawai bank nya untuk memisahkan uang awalnya dengan uang yang berkembang dari bunga. Lalu Beliau hanya mengambil uang awal yang ia simpan saja, sisa uang bunga tersebut ia tinggalkan. Lalu pegawai bank-nya bertanya, ”bapak, ini sisanya mau diapakan?” beliau jawab, ”terserah, saya hanya mengambil apa yang menjadi hak saya saja, sisanya terserah pihak bank” pegawai bank itu bahagia bukan main, padahal adzab kubur sedang menanti-nanti..

Apakah Pajak = Riba ?

Jika kita melihat secara jernih pembagunan sebuah negara pasti memerlukan adanya dana yang besar untuk membangun tentunya, dan biasanya dana tersebut diambil oleh pemerintah dari rakyat di negara tersebut maupun dari cukai proses ekpor impor dan yang tak kalah peranannya juga dari perusahaan negara yang mengelola sumber-sumber kekayaan alam di negara tersebut.


Coba kita tengok sekilas berapa banyak uang yang ditarik oleh pemerintah melalui pos-pos pajak. Ada :
pajak pertambahan nilai (PPN ) sebesar 10% dari setiap transaksi,
pajak penghasilan (PPh) mulai dari 0 (nol) sampai 35%
pajak penjualan barang mewah (PPnBM) mulai dari 10 - 75 %
pajak bumi & bangunan
pajak kendaraan bermotor


bisa dibayangkan jika penghasilan kita terkena tarif pajak 35% dan sisa uangnya habis dibelanjakan dan terkena pajak PPN 10% , maka secara kasar dan gampangnya kita harus membayar pajak sebesar 45%, harta yang bisa kita nikmati dari 100% yang kita miliki hanya 65% saja, belum lagi kalau kita belanja dan harus membayar pajak untuk barang mewah serta pajak kendaraan bermotor maka besarnya pajak yang kita tanggung bisa lebih dari 50% ???.


Barangkali orang akan berkata, wajarlah jika orang kaya membayar pajak lebih tinggi dari pada orang miskin, karena mereka menikmati jalan dan sarana umum yang disediakan oleh pemerintah.Lalu bagaimana dengan orang miskin apakah tidak boleh menikmati sarana umum yang di sediakan oleh pemerintah???


Pertanyaan berikutnya, jika orang kaya ngemplang pajak ada sanksi hukum bagi mereka wajar karena mereka punya uang tapi tidak mau bayar, tapi yang lucu adalah jika orang miskin yang tidak mempunyai penghasilan tapi telat melaporkan akan kena denda????? (begitu menurut sumber informasi yg tahu ttg pajak).
Ini mungkin yang bikin kita senyum -senyum , aneh orang miskin tidak punya uang bukannya di bantu malah didenda.


Sebenarmya ada nggak sih kajian tentang pajak, sejarah pajak ,seberapa efektif dan dalam kondisi apa pajak diambil, bagaimana juga pajak dalam kajian syariah islam ?
Adakah pajak sama dengan Zakat? Atau apakah pajak sama dengan Riba?

Barangkali para penentuk kebijakan/pemerintah serta alim-ulama harus segera mengkaji dan merumuskan kembali dari dana apakah negeri ini akan dibangun, karena bila dana diambil dari zakat tentunya kebaikan dan keberkahan akan menanungi bangsa ini, atau justru sebaliknya jika diambil dari dana yang mengandung unsur riba tentulah malapetaka dan kesengsaraan akan senantiasa meliputi disetiap jengkal dan detik kehidupan bangsa ini.

QS Al-Baqarah ,ayat 275.
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba , padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

Cukuplah ibrah dari pemerintahan Umar bin Abdul Aziz menjadi landasan memerintah dan mengelola negara sehingga hanya dalam waktu tempo 2 tahun , orang miskin sudah menjadi muzaki (pembayar zakat) dan tidak ada lagi mutashik(penerima zakat) dinegerinya, karena sang Khalifah memerintah negerinya dengan aturan allah swt.

QS Ath-Thalaaq, ayat 3, 8-12
[65:3] .....Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

[65:8] Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan

[65:9] Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar.

[65:10] Allah menyediakan bagi mereka azab yang keras, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang yang mempunyai akal; (yaitu) orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu,

[65:11] (Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan mengerjakan amal yang saleh niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya Allah memberikan rezki yang baik kepadanya.

[65:12] Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

Jika hukum Allah swt , telah tebukti membawa berkah pada masa Umar bin Abdul Azis, lalu kenapa kita tidak mau mengikutinya???

Mungkin inilah alasan mengapa membasmi pajak adalah salah satu misi Nabiyullah Isa as pada saat turun untuk yang kedua kalinya ke muka bumi yang renta ini kelak. Ya karena riba ini.

wallahu a'lamu bishowab.


Judi :
1. QS. Al-Baqarah [2] : ayat 219
[2:219] Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,

  2. QS. An-Nisaa' (An-Nisa') [4] : ayat 29
[4:29] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

  3. QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 90
[5:90] Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

  4. QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 91
[5:91] Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).

Judi itu adalah taruh. Taruhan, bertaruh. Adalah sama dengan mengundi nasib. Menggantungkan nasib pada objek yang diunggulkan. Sedangkan khamar adalah segala yang memabukkan. Dan juga, adalah akar dari segala kemaksiatan.

Jadi kalau sudah terlanjur, bagaimana saya memperbaikinya?
Jawabannya : taubatan nasuha, tobat yang sebenar-benar tobat. Bukan tomat.