Pengertian Agama Islam
Islam adalah nama agama Allah yang disampaikan oleh nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Nama Islam ini bukan pemberian dari Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam dan bukan pula pemberian para pengikut agama Islam, tetapi nama Islam itu adalah pemberian dari Allah taala (QS 5:3; 3:85). Dan para pengikut agama Islam disebut muslimun (QS 22:78) bahkan Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam sendiri juga disebut Muslim (QS 6:163)
Agama bahasa arabnya “diin” atau “millah”. Kata diin makna aslinya ketaatan, hukum dll. Adapun millah makna aslinya adalah perintah. Millah terutama sekali bertalian dengan Nabi, yang kepadanya agama itu diwahyukan, sedang diin bertalian dengan orang yang menganut agama itu (Al-Mufrodat fi ghoribil Quran). Adapun Islam artinya masuk dalam “silm”; kata “salm” atau “silm” dua-duanya berarti damai (Al Mufradat fi ghooribil Quran). Dua perkataan ini digunakan oleh Alquran dalam arti damai (QS 2:208 dan QS 8:61). Jadi agama Islam itu adalah agama yang diwahyukan oleh Allah kepada nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam untuk umat manusia agar mengenal dan taat kepada-Nya dalam satu jamaah yang dipimpin beliau Shallallaahu’alaihi wa sallam atau khalifah pengganti beliau, supaya iman mereka terpelihara dan memperleh kedamaian serta ridha-Nya.
Agama yang diridhoi
Agama Islam adalah agama yang sempurna dan diridhoi Allah taala (QS 5:3). Agama ini membicarakan segala perkara (QS 97:4) baik dalam urusan duniawi maupun urusan ukhrowi (QS 2:201), misalnya nabi-nabi dan raja-raja (QS 5:20) dan orang yang beragama Islam diperintahkan berdoa agar dibimbing di jalan yang benar untuk mendapatkan kenikmatan dan dihindarkan dari murka Allah dan jalan yang sesat (QS 1:5-6). Oleh karena itu setelah Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam diutus ke dunia ini, Allah menolak pilihan orang yang memilih selain Agama Islam, dan ia tergolong orang-orang yang merugi (QS 3:85)
Agama Pembawa Rahmat
Agama Islam merupakan rahmat bagi semesta alam (QS 21:107) dan mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati, bahkan mampu membuat orang yang mati berbicara (QS 13:31). Maksudnya adalah mati ruhaninya . sebab orang yang mati jasmaninya tidak akan bisa hidup kembali di dunia ini dengan jasadnya (QS 21:95; 23:99-100), sedangkan “berbicara” maksudnya adalah berbicara tentang kebenaran Islam untuk disampaikan kepada orang-orang yang belum mengerti agar mengenal Allah taala dan mengikuti jejak Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam (QS 33:39; 7:68) serta sebagai bukti mereka telah menerima dan meyakini kebenaran ajaran Islam dengan tujuan agar umat manusia selamat bersamanya dalam satu jamaah yang telah didirikan Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam (QS 2:213). Mereka yang beriman dan berhimpun dalam jamaah itu akan senantiasa mentaati kehendak Allah dan Rasul-Nya (QS 4:69), sehingga mereka menampakkan budipekerti yang luhur dan akhlak yang mulia serta kesempurnaan akhlak (Kanzul Umal, juz XI/31929). Jamaah kaum muslimin yang demikian inilah yang dipuji sebagai umat yang terbaik (QS 3:110) dan dinyatakan sebagai umat yang paling unggul (QS 2:143) sebab iman mereka tampak sempurna dalam wujud akhlak yang terbaik (Kanzul Umal, juz III/5236).
Agama Penghimpun Semua Kebenaran
Agama Islam itu merupakan agama yang menghimpun semua kebenaran agama-agama yang pernah diajarkan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam (QS 98: 2-3) untuk diyakini kebenarannya dan diamalkan dalam kehidupan umat Islam. Misalnya, Nabi Isa as mengajarkan bahwa Allah itu Esa dan beliau as hanya menyuruh menyembah Allah saja.
Dalam kitab Injil tertulis:
“Tetapi Yesus berkata kepadanya : Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.” (Lukas, 4:8)
Dalam Alquran tertulis:
“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata ‘Allah itu ialah Almasih, ibnu Maryam’, padahal Almasih berkata, ‘Hai Bani Israil, beribadahlah kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.’ Sesungguhnya, barangsiapa menyekutukan sesuatu dengan Allah , maka ketahuilah bahwa Allah mengharamkan baginya surga dan tempat tinggalnya ialah api, dan tak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang aniaya.” (Al-Maidah, 5:72)
Dalam kitab Taurat tertulis :
“Nabi Musa melarang umatnya memakan darah, minum minuman keras dan makan daging babi dan sebagainya.” (imamat, 3:17, 17:12, 10:18, 11:17)
Dalam kitab alquran tertulis:
“sesungguhnya yang Dia haramkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih atas nama selain dari Allah.” (Albaqoroh, 2:173)
“Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya arak, judi, berhala-berhala dan panah-panah undian itu hanyalah suatu kecemaran dari perbuatan syaitan. Maka jauhilah itu semuanya supaya kamu berbahagia.” (Al-Maidah, 5:90)
Agama Islam itu Fitriah
Ajaran agama Islam itu berguna apabila diimani dan diamalkan (Kanzul Umal, juz I/260). Guna mengimani kebenaran agama Islam itu diperlukan keyakinan (Kanzul Umal, juz III/7331) dan keyakinan itu bisa diperoleh melalui ilmu atau makrifat, ilmu atau makrifat agama Islam itu terdapat dalam kitab suci Alquran dan untuk mendapatkan isi kandungan makrifat Alquran itu hari harus mendapat anugerah kesucian dari Allah (Qs 56:80). Pendek kata keyakinan akan kebenaran agama Islam itu sangat dibutuhkan untuk mendatangkan kekuatan dalam mengamalkannya, sehingga antara iman dan amal menjadi terpadu dalam diri orang Islam.
Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Iman tidak diterima tanpa amal dan amal tidak diterima tanpa iman.” (HR Ibnu Ath-Thabrani dalam “Al-Kabir” dari ibnu Umar Radhiyallaahu’anhu; Kanzul Umal,juz I/260)
“iman dan amal itu bagaikan dua bersaudara dalam berteman, Allah tidak akan menerima satu dari keduanya, kecuali dengan kawannya.” (HR Ibnu Syahin dalam “As-Sunnah” dari Ali Radhiyallaahu’anhu dan Kanzul Umal, juz I/59)
Jadi berdasarkan kedua hadits diatas setiap ajaran Agama Islam itu bisa dipahami dan dinalar oleh akal, sehingg tak ada tekanan yang dipaksakan kepada akal untukmenerimanya. Ajaran Islam yang demikian inlah yang mampu mendatangkan keyakinan yang benar dan mampu menumbuhkan kekuatan untuk mengamalkannya. Dengan demikian Agama Islam mampu melahirkan iman dalam hati. Iman yang demikian itu merupakan landasan bagi perbuatan orang Islam. Jadi dalam Agama Islam itu tidak ada ajaran yang dogmatis, yaitu suatu ajaran yang harus diterima walaupun bertentangan dengan akal. Apalagi memaksakan kehendak, itu bertentangan dengan Islam.
Rasulullah Shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Agama seseorang tergantung akalnya, dan siapa yang tidak memiliki akal ia tidak mempunyai agama.”(HR. Abusy-Syeikh dalam “Ats-Tsawaab”, dan Ibnu An-Najjar dari sahabat Jabir Radhiyallahu’anhu. Dan Kanzul-Umal, Jus III/7033)
Sehubungan dengan masalah iman ini, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menegaskan bahwa “Iman itu adalah keyakinan’ (Kanzul Umal, juz III/7331). Dan keyakinan itu diperoleh berdasarkan ilmu, dan ilmu itu berkaitan dengan akal dan hati manusia. Inilah iman yang sejati atau yang sempurna, yaitu iman yang dihiasi dengan rasa malu kepada Allah jika berbuat buruk atau meninggalkan kewajiban, dalam menunaikan tugas senantiasa menggunakan pakaian takwa, artinya ia selalu berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan dan senantiasa membekali diri dengan ilmu untuk menyokong tegarnya iman dan menambah wawasan yang luas.
Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Iman itu telanjang, hiasannya ialah rasa malu, pakaiannya adalah takwa, dan hartanya adalah pemahaman (ilmu).” (HR Ibnu An-Najjar dari Abu Hurirah Radhiyallaahu’anhu; dan Kanzul Umal, juz I/87)
Guna mengimani kebenaran Agama Islam, seseorang tidak harus bertemu dengan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam, sebab kebenaran ajaran Islam yang telah beliau Shallallaahu’alaihi wa sallam ajarkan itu bisa diyakini kebenarannya melalui proses ilmu. Oleh karena itu, tidak ada masalah yang bisa merintangi orang-orang yang hidup sesudah beliau Shallallaahu’alaihi wa sallam wafat untuk mengimani kebenaran beliau Shallallaahu’alaihi wa sallam dan agama Islam yang telah beliau ajarkan.
Beliau Shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Berbahagialah bagi orang yang telah bertemu aku dan ia mengimani aku; dan berbahagialah bagi orang yang tidak bertemu aku, kemudian mengimani aku.” (HR Ibnu Annajjar dari Abu Hurairah r.a; dan Kanzul Umal, juz I/48)
Agama Islam Mampu Mengangkat Derajat Manusia
Umat Islam pada zaman Nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam diberi julukan sebagai umat wasath (QS 2:142), artinya umat yang mengambil jalan tengah atau adil dalam menyikapi ajaran-ajaran yang ada pada waktu itu. Sebagai umat Islam selalu bersikap lapang dada, mereka tidak apriori dan tidak selalu menolak setiap ajaran dari agama-agama lain dan tidak pula menerima begitu saja semua ajaran dari agama-agama lain sebelum mereka teliti, tetapi sebaliknya mereka selalu bersikap kritis dan selektif terhadap semua ajaran agama yang ada pada waktu itu. Setiap ajaran yang sesuai dengan kitab suci Alquran mereka ambil dan setiap ajaran yang bertentangan dengan Alquran mereka tolak. Sikap demikian inilah yang membuat umat Islam itu lebih baik dan lebih unggul dibandingkan umat lainnya, karena mereka menempatkan diri mereka sebagai saksi bagi umat manusia (QS 2:143). Dan ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya selalu mewarnai dalam kehidupan mereka.
Tujuan Agama Islam
Agama Islam diwahyuan oleh Allah mempunyai tujuan:
- Mendatangkan perdamaian dan menyatukan umat manusia dalam satu persaudaraan (QS 2:4, 213 & 285)
- Menghimpun segala kebenaran yang pernah diajarkan oleh para nabi yang diutus sebelum nabi Muhammad Shallallaahu’alaihi wa sallam (QS 98: 2-3)
- Meluruskan kesalahan dan menyaring ajaran yang benar (QS 5:48)
- Mengajarkan dan memberikan contoh ajaran kebenaran yang sempurna abadi (QS 5:3)
Janji Alah kepada Orang Islam
Orang yang dengan hati tulus berserah diri kepada apa yang dikehendaki oleh Allah dan berbuat baik kepada sesama makhluk, baik manusia maupun bukan manusia, baginya diberi pahala surga dari sisi-Nya (QS 2: 111-112). Gambaran surga itu adalah apabila ia menghadapi waktu sekarang, hatinya mereka berkecukupan, apabila ia menatap masa yang akan datang, hatinya tidak merasa takut dan khawatir dan jika ia mengingat masa lalunya, hatinya dihindarkan dari rasa susah (QS 2:112) inilah surga yang diberikan kepada orang Islam di dunia ini. Sebab ia telah berhasil mencintai Allah taala dengan mengorbankan segala yang dimilikinya, sehingga Allah ridha kepadanya dan ia pun ridha kepada-Nya (Qs 98:8). Orang yang demikian inilah yang dijanjikan akan mendapat dua surga di dunia ini dan surga di alam akhirat nanti (QS 55:3)
sumber : http://agama-islam.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar